"MENELAAH SUBSTANSI NILAI BUDAYA DALAM KONTEKS BISNIS DAN EKONOMI"

in #budaya6 years ago (edited)

image

Produk Lokal Sebagai Ciri Khas Budaya
Haruskah Terjepit Antara Nilai Luhur Filosofi Dan Kebutuhan Ekonomi ?

Sobat steemian skalian yang saya cintai dan yang mencintaiku. Salam budaya dari Indonesia bagian timur.

Kembali saya mengulas tentang produk budaya yang sebelum2nya Sudah saya bahas. Kali ini saya mencoba menyingkap fenomena kebudayaan di Maumere Flores NTT khususnya budaya Tenun Ikat dan Moke (minuman beraklkohol tradisional dari penyulingan tuak yang disadap dari pohon lontar)

Namun Kali ini saya Persembahkan Tenun Ikat terlebih dahulu.


  *Utan/Tama* dalam bahsa setempat merupakan produk budaya Tenun Ikat andalan yang memiliki makna filosofis yang sangat tinggi.  Dalam selembar kain tenun menyimpan cerita tentang sejarah masa lalu yang dilukiskan dalam motif-motifnya. Terdapat pula ungakapan hati atau perasaan,  ekspresi terhadap kejadian alam, menggambarkan benda, makluk hidup maupun imajinasi sang penenun.  

     Melihat tenun sama halnya dengan membaca cerita. Cerita tentang kehidupan yang dirangkai dengan sangat apik lewat sentuhan tangan penenun-penenun tua maupun muda. Tiap motif tenunan seolah menjadi pencerita tak bersuara. Dia hanya menjadi penutur kisah masa lalu yang bisu. Namun, tenunan itu seakan berbicara tentang Makna yang menjadi simbol kebanggan seorang wanita. Aura wanita terpancar dari untaian benang yang dirajut hingga sebulan lebih. 

     Keunikan motif, cara/teknik pembuatannya, penggunaan zat pewarna alami melengkapi cerita unik tenun ikat. Tak hanya itu saja, tetapi penggunaannya dalam upacara adat membuat kain tenun menjadi istimewa karena tidak dapat tergantikan oleh kain apapun. Bukan hanya fungsi pakai tapi memiliki nilai magis dalam upacara adat yang membuatnya menjadi semakin kokoh tak tertandingi.  

    Seiring perkembangan jaman, makna-makna dan nilai luhur mulai sdikit pudar. Ada dua faktor penyebabnya antara lain :
  1. Adanya pengaruh kekuatan dari dalam (internal forces). Ini terjadi Karena adanya gesekan antara penenun tua dan penenun muda. Rata-rata penenun tua ingin mempertahankan tradisi Kunonya yang dianggap mapan pada masanya, namun generasi Jaman now ingin menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Lalu terjadilah penyesuaian-penyesuaian yang disepakati bersama. Dan....
  2. Pengaruh kekuatan dari luar (ekstenal forces) lebih kepada kontaminasi dengan budaya luar yang membawa nilai-nilai baru Sehinggga terjadilah inkulturasi budaya Tenun Ikat.
    Masing-masing memiliki dampak positif maupun negatif tergantung para penenun mengelola setiap fenomena yang berkembang dan tidak Selalu menutup diri.

Berikut ini saya sajikan satu fenomena yang lagi marak dibahas di media sosial.
Pendapat Oleh Alfino Fino di fb:

Kritikan dari teman"dlm konteks seni tenun SARUNG HEWOKLOANG yaitu,: UTAN WIRI WANAN.
ini memang benar kalau memang brlaku untuk budaya adat dri Hewokloa'ang, kerna itu sudahjelas dan berlaku juga untuk semua msyrakat Kab.SIKKA pada umunya, karena masih dlm lingkup deretan adat di Kab. SIKKA Maumere.
Tapi kalau suda di pasarkan dan akhirnya sudah menjadi milik si pembeli dari luar daera NTT/ luar Negeri berarti tersera org mau gunakan seperti apa maunya dia.
Apa kah si pembeli sarung adat tu harus mengunakan sarung tu sesuai dengan patokan budaya bawa'an sarung yg suda di belinya?? Kaya nya tidak, kerna itu bakan memnjadi ukuran untuk memasarkan sesuatu..
Jadi kalau mau motif tenunan dari Maumere itu jgn sampai disalah fungsikan mendingan pasarkan sajalah di daerah kita sendiri dan tenarkan sajalah di sekitar kampung kita di Maumere ni .biar terhindar dari penyalahgunaan nantinya. dan biar ketenaran itu tetap tenar di kampung nya sendiri..tabe.

    Setelah membaca tulisan sauadara kita ini,  nampak adanya dilema dalam masyarakat atas pemanfaatan kain Tenun. Di Satu sisi ada kebutuhan ekonomi untuk memasarkan hasil tenun ikat, Namun di sisi lain ada kegelisahan dari para pencinta budaya Tenun Ikat mengenai fungsi yang Sudah hilang. 

   Di sini kita harus menempatkaan pembeli pada posisi sebagai pihak yang tidak dapat diatur dalam penggunaan kain Tenun sesaui fungsinya dalam upacara adat. Namun kita sebagai generasi penerus harus terua menampilkan budaya kita agar dunia Bisa mengenal dan bisa memahami apa yang menjadi gejolak di hati kita.  

   Dengan demikian Nilai Budaya dan Ekonomi akan seirinng sejalan.  

Demikian ulasan saya Kali ini semoga bermanfaat bagi kita.


Salam sobat steemian.
Kalau cinta budaya, mari kita saling mendukung dengan UpVote atau mempromosikan tulisanku ini.
Trima kasih buat kita semua.


Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.15
JST 0.028
BTC 56705.83
ETH 2400.24
USDT 1.00
SBD 2.30