Ibnu Khaldun: Biografi Singkat
Ibnu Khaldun memiliki Nama lengkap Abu Zayd Abdurrahman Ibnu Khaldun, kemudian mendapat gelar Waliyyuddin, ia Lahir di Tunisia pada awal bulan Ramadhan 732 H. (1332 M) dan meninggal di Kairo Mesir pada tanggal 25 Ramadhan 808 H. (1406 H). Ibn Khaldun merupakan tokoh muslim terkemuka pada zamannya. Ibnu Khaldun dikenal sebagai ilmuan yang memperlakukan sejarah sebagai ilmu serta memberikan alasan-alasan untuk mendukung fakta-fakta yang terjadi. Khaldun juga dikenal sebagai ulama segala ilmu (sejarah, sosiologi, politik, ekonomi, hukum, dan agama). Pada umur 20 tahun, Ibnu Khaldun mengenyam pendidikan yang fokus belajar Tajwid, Qiroah, dan menghafal Al-Qur,an. Ia mempelajari fikih mazhab Maliki, Hadist Rasul, dan Puisi. Ia mempelajari Hadist dari Abu ‘Abd Allah Muhammad bin Jabir bin Sultan al-Qaisi al-Wadiyashi, seorang otoritas hadist terbesar dari Tunisia yang kemudian menganugerahkan ijazah kepada Ibnu Khaldun untuk mengajar bahasa dan hukum. Ibnu Khaldun juga menerima ijazah dari guru-gurunya yang lain dari sarjana-sarjana terkemuka yang mengungsi ke Tunisia.
Secara garis besar kehidupan Ibnu Khaldun dibagi menjadi empat fase :
Pertama, Fase pertumbuhan dan pendidikan. Ayah Ibnu Khaldun adalah guru pertamanya, sebagaimana kebiasaan masyarakat pada masa itu. Setelah itu, Khaldun belajar kepada beberapa guru seperti Abu Abdillah Muhammad Ibn Al-Arabi dan Abu Abdillah Muhammad Ibnu Bahr dalam ilmu bahasa. sedangkan Ilmu fiqh ia pelajari dari Abu Abdillah Al-Jiyani dan Abu Al-Qasim Muhammad Al-Qashir. Pada Fase ini, selain mempelajari ilmu agama, Khaldun juga belajar filsafat, teologi, ilmu alam, matematika dan astronomi.
Kedua, Fase keterlibatan dalam dunia politik. Karir politik Ibnu Khaldun dimulai saat Ia bekerja sebagai tukang stempel surat dalam pemerintahan Ibnu Tafrakin. Ketika Ibnu Tafrakin ditaklukan Abu Zaid, Khaldun melarikan diri dan menjadi sekretaris Sultan Abu Inan dari Fress di Maroko. Namun, Khaldun kemudian dipenjara oleh Sultan Abu Inan selama dua tahun ketika Ibnu Khaldun terlibat dalam persengkokolan politik dan kekuasaan. Selanjutnya Khaldun mengabdi pada Abu Salim penguasa Maroko. Khaldun diangkat sebagai sekretaris dan penasehatnya. Pada tahun 1361 kembali terjadi intrik politik yang kemudian memaksa Khaldun pindah ke Granada dan bergabung dengan pemerintahan Muhammad V dari Granada sebagai duta besar. Karena tidak sepaham dengan sebagian pembesar Granada, Khaldun menerima tawaran Abdullah Muhammad Al-Hafsi sebagai perdana menteri. Namun pada tahun berikutnya ia pindah ke Konstantin menjadi pembantu Raja Abdul Abbas. Kemudian setelah merasa tidak dipercaya lagi menduduki jabatan penting, Ibnu Khaldun memilih menetap di Biskra. ditempat inilah kemudian Ibnu Khaldun memutuskan untuk meninggalkan panggung politik praktis yang dulu pernah melambungkan dan membesarkan namanya, kemnudian Ia memilih menekuni bidang keilmuan.
Ketiga, Fase dimana Ibnu Khaldun mengembangkan keilmuannya. Fase ini berlangsung dari tahun 776 H sampai akhir tahun 780 H. Fase ini merupakan fase kontemplasi Ibnu Khaldun dan dalam fase singkat ini Ia berhasil menyelesaikan salah satu karya monumentalnya, Al-Ibar beserta Muqaddimah.
Keempat Fase Akhir Kehidupannya. Pada Fase ini Ibnu Khaldun benar-benar telah mengundurkan diri dari dunia politik. Ia kemudian secara serius membenamkan diri pada tugas intelektualnya dengan menyelesaikan karya monumental yang belum selesai dan pada akhirnya seluruh karya yang Ia hasilkan diberikan kepada penguasa.
Salah satu perjalanan hidup beliau yang paling menarik adalah pertemuannya dengan Timur Leng Saat Timur Leng berhasil merebut suriah dan Aleppo, Penduduk mesir sangat ketakutan sehingga menghimpun kekuatan dibawah kepemimpinan sultan al-Tahhir al-Barquq untuk mengusir bangsa Tartar. Ibnu khaldun juga ikut berperang atas dasar permintaan sang sultan. Karena setelah peperangan antara Mesir dengan Timur Leng selama lebih dari satu bulan tetapi tidak ada pihak yang menang secara mutlak, Ibn khaldun akhirnya menemui Timur Leng di Damaskus pada Maulud 803H/ 5 oktober 1400 M, mereka bercakap-cakap cukup lama; antara Timur Leng bertanya tentang pekerjaan Ibnu khaldun, tentang sejarah afrika utara, dan karena Timur Leng terkesan dengan pengetahuan Ibnu Khaldun memerintahkannya menulis sejarah Afrika Utara. Ibnu khaldun menjelaskan pandangannya tentang kebangkitan dan keruntuhan negara, ia juga mendiskusikan penyerahan damaskus, karena setelah pertemuan bersejarah ini damaskus menyerah. Setelah selesai menulisnya Ibnu khaldun menyerahkan sejarah tentang Afrika Utara yang diserahkan kepada Timur Leng dalam bentuk sebelas buku kecil.