Umurku? Tuhan Penentuku.
Secangkir sajak dari : Teuku Abie Yoes
Daun stanza berulang ulang
Datang dengan ranum
Dalam sajak aku tiduri ia bermalam malam
Tapi tetap saja percuma Bulan
Remang, redup, kabut, gelap
Tetap saja ia segumpalan
Tak dikandungi lebih juga terlahirkan
Seperti seumurku yang terlahir dalam dosa dan doa
Takkan pun aku terlahir semalaikat
Hanya hijrah tetap mencari barakat
Ridha, inayah, syufaah, dan terijab taubat
Muharam, kali ini masehi bulanku menatap dunia
Kala berlalu
Ketika jumah sebelum subuh
Bayi ibu kini aku gagah tubuh
Merengek pun banyak ku tagih
Perhatian, susu, ayunan, lain jua terlalu banyak
Setapak bertapak tapak ku topang tubuh tertatih
Terlutut juga pijak bumi ini
Ku kerah semoga kaki melangkah
Tetap berkali kali jatuhku bertanah
Mereka tertawa
Aku tak peduli
Tak ada gengsi
Mereka terpingkal
Karena aku terjungkal
Tetap saja aku tak surut langkah
Dan kini
Aku telah berlari, memburu dan mengejar mimpi
Mereka tetap saja menertawakanku
Apakah harus ku pedulikan?
Semangatku belum surut.
Sekalipun banyak waktu terhabis tuk berteduh
Lamban aku pastikan ini terwujud
Bersebab doa dan ridha ibu, guru, dan sahabah
Aku terlahir dalam inayah dan fakir dalam kalimah
Kini aku fakir inayah sekalipun kalamah kadang tertutur himmah
Aku adalah bagaimana dhan itu
Aku adalah mati dalam hidupku
Atau hidup sekalipun sudah matiku
Aku berjuang tentang mimpi itu
Semoga aku tersemogakan segala kesemogaan itu
Hanya doa terbisaku
Umur, jodoh, hidup, rezeki itu,
Hanya Allah Rabbku penentu
Terimakasih jua doamu, sabah tuk ucap itu, syukur puji Allah karena segala terpenuhi pinta mohonku
Teuku Abie Yoes | 06102016
Samalanga | Aceh Jeumpa
#teukuabieyoes #potretsastra #sajaksyahdu #lukisansastra #pelukissastra #syahdu #sajaksufi #catatanpendosa #puisiku #secangkirpuisiku
Sip Tgk.