Napak Tilas Seniman Legendaris Malaysia Berdarah Aceh
P.Ramlee, seniman legendaris berdarah Aceh. Walaupun dia sudah meninggal dunia 44 tahun lalu, pada 29 Mei 1973. Namun, kisahnya tetap aktual di kalangan publik Asia Tenggara.
Khusus di Kota Lhokseumawe, P.Ramlee tetap menjadi kenangan warga, karena ayahnya (P.Ramlee), Teuku Nyak Puteh, adalah warga Gampong (Desa) Paloh Pineueng, Kec.Muara Dua Cunda, Pemerintahan Kota (Pemko) Lhokseumawe.
Sesuai sejarah, ayah chik dan machik (kakek/nenek) P.Ramlee, pasangan suami isteri Teuku Karim – Chadijah, penduduk Desa Paloh Pineung. Ayah P.Ramlee, Teuku Nyak Puteh, juga lahir di Paloh Pineung Lhokseumawe, tahun 1910. Kemudian, Teuku Nyak Puteh merantau ke Pulau Pinang, Malaysia dan kawin dengan Che Mah binti Hussein di Kubang Buaya, Butterworth, Pulau Pinang, tahun 1925.
Dari hasil perkawinan Teuku Nyak Puteh – Che Mah binti Hussein, lahirlah P.Ramlee pada 22 Maret 1929 di Pulau Pinang, bertepatan pada Hari Raya Idul Fitri. P.Ramlee, juga mempunyai seorang adik beradik tiri, yaitu Syaikh Ali melalui ibu yang sama (Che Mah binti Hussein).
Beliau (P.Ramlee), menerima pendidikan awal di sekolah Melayu, Kampung Jawa dan sekolah kebangsaan Francis Light. Seterusnya, ia menyambung pelajaran di Pinang Free School, sehingga meletusnya perang dunia II. Ketika pendudukan tentera Jepun di Tanah Melayu, P.Ramlee belajar di sekolah tentara laut Jepun, sebelum kembali ke Penang Free School, usai perang dunia II.
Bertitik tolak dari latar belakang sejarah tadi, tak heran jika warga Lhokseumawe, sampai generasi sekarang ini masih mengidolakan dan mengagumi seniman besar P.Ramlee tersebut. Betapa tidak, warga Asia Tenggara saja, menghormati jasa-jasa P.Ramlee yang telah membuat kreasi baru di blantika musik di zamannya itu.
Khusus di beberapa negara jiran Indonesia, seperti Singapure, Malaysia dengan berbagai negara bagiannya dan Thailand, P.Ramlee diagung-agungkan oleh negara (pemerintah). Track recordnya, sampai kepada rumah tempat lahir dan dibesarkan P.Ramlee diabadikan. Malah, negara memonumentalkan peringatan hari P.Ramlee. Tidak hanya itu, nama P.Ramlee diabadikan menjadi nama poros jalan di sana.
Warga Lhokseumawe yang berkesempatan melawat ke negara tetangga, kiranya belum merasa puas kalau perjalanannya tak sampai ke lokasi rumah P.Ramlee di Lot 2180, Jl P.Ramlee, Pulau Pinang, Malaysia. Penulis mengendus kisah tersebut, ketika melakukan studi tour ke beberapa negara jiran baru-baru ini.
Studi tour ini bukan untuk melihat destinasi wisata sejarah, bahari dan pemandangan alam. Jika destinasi itu, sudah cukup disuguhkan oleh Bali, Yokyakarta, tempat-tempat wisata lainnya di Kalimantan dan Sulawesi. Tapi lebih cenderung untuk menapak tilas track record seniman agung P.Ramlee, putera berdarah Aceh yang sangat dihormati, dikagumi dan dielu-elukan di negara orang.