Saat Pulpen Tak Lagi Berguna
Di saat teknologi belum secanggih hari ini, waktu itu kita tidak pernah terpikirkan bahwa akan ada satu alat yang dapat mengantar gelombang suara dari suatu tempat ke tempat yang lain dalam jangkauan tak ditentukan. Saat itu kita akan menganggap itu hal yang mustahil.
Namun hari ini kemustahilan tersebut menjadi kenyataan. Ketika sebagian kita tak mampu berpikir ke titik kemajuan tersebut, ternyata ada yang tidak berhenti berimajinasi dan membuat imajinasi mereka menjadi nyata. Mereka terus melahirkan inovasi-inovasi baru terhadap temuan-temuan mereka.
Itulah yang disebut dengan perkembangan filsafat dalam kehidupan manusia. Di saat para filsuf tidak berhenti berpikir, maka akan terus melahirkan kemajuan-kemajuan yang kadang susah diterima pikiran normal manusia.
Zaman terus berganti. Alat-alat tradisional yang digunakan terus beralih ke mesin dan alat-alat modern. Sebut saja pulpen salah satunya. Setelah zaman batu orang menulis dengan kapur dan getah-getah di kulit kayu, kemudian beralih ke pulpen. Sampai sekarang alat tersebut masih digunakan di banyak sekolah dan perkantoran.
Selanjutnya lahir mesin ketik. Kemudian mesin ketik menjadi barang langka dengan kehadiran komputer, laptop, hingga ada berbagai jenis tab dan android. Lalu bagaimana dengan pulpen dan kertas yang menjadi andalan orang-orang terdahulu untuk menulis?
Menurut penulis, pulpen ini akan bernasib sama dengan mesin ketik. Indikasinya, hari ini orang-orang sudah mulai menulis menggunakan laptop atau smartphone. Bahkan di smartphone pun kita tidak perlu lagi mengetik untuk mengirimkan pesan teks, cukup dengan suara (voice), maka perangkat akan mengonversikan secara otomatis menjadi tulisan. Sehingga tulisan tersebut hanya perlu diedit tanda baca sedikit, kemudian langsung bisa dikirim ke penerima.
Peradaban pulpen pelan-pelan mulai ditinggalkan. Jika nanti masih digunakan, maka hanya untuk menandatangani dokumen saja. Itu pun jika belum ada kebijakan baru yang membolehkan legalitas digital pengganti tanda tangan basah.
Bahkan ada sekolah yang sistem belajarnya tidak lagi menggunakan buku dan buku bacaan manual. Semuanya berbasis teknologi.
Dengan sistem lagi mengangkut buku bacaan ke sekolah yang kadang menyebabkan tulang punggung mereka bermasalah di usia muda. Maka dengan begitu mereka juga bisa belajar jarak jauh, namun tetap dikontrol aplikasi yang mereka gunakan agar tidak memuat unsur pornografi.
Begitulah gambaran dunia yang terus berubah ke hal-hal yang lebih praktis. Pekerjaan manusia mulai diambil alih oleh robot. Manusia hanya menyaksikan dan mengontrolnya saja. Manusia tidak dituntut lagi bergerak banyak, cukup ujung jari saja yang bergesek-gesek, tetapi mampu menggerakkan dunia.
Kita tak bicara soal nilai-nilai sosial seperti yang dipahami selama ini bertemu, ngobrol, dan menghabiskan waktu berjam-jam face to face, tapi bercengkerama di dunia maya, terdiam saat tatap muka itulah nilai sosial baru di dunia modern.[]
Thanks for Dropping by
Posted from my blog with SteemPress : https://aktuari.com/2018/07/01/saat-pulpen-tak-lagi-berguna/
sungguh sebuah pemikiran yang sudah agak sedikit tidak terbelakang lagi
ini bagian dari vemburusan kata, syukup katakan "maju" hahha
dianya apa yang kamu kata boros adalah terlalu boros, bermula pada suatu pasal ini itu kadang dianya tulisan harus panjang dan ada kata yang terulang untuk dianya memperpanjang akan postingan dan akan dianya komenan biar tidak akan dianya itu dianggap adalah spam
Ooh bugitu turnyata... Saya baru faham...
Jadi Intinya kecanggihan tekhnologi dan dunia milenial ini tidak selalu berdampak negatif ya?
Btw selamat udh postng pake emprss 😁😂
Posted using Partiko Android
sihiiiy,,, ini the firs time, test gunakan steempress... :D
Biasa pake yg grtisan saya mah bang 😅 jadi blm nyoba ini
Coba aja, anggap investasi hehe
nais