anak berbohong bukan penyakit
ANAK BERBOHONG BUKAN `PENYAKIT` Banyak orangtua yang tidak memahami kebiasaan berbohong anak. Akibatnya, dia salah mengartikan dan merespon sikap itu. Elia Indriyanti (27 tahun) beberapa hari ini dibuat pusing tujuh keliling dengan ulah anaknya. betapa tidak, huda, anaknya yang baru berusia lima tahun sudah mulai berani berbohong. sebagai ibu, tentu saja dia merasa cemas dengan ulah anaknya ini. "kecil-kecil sudah pandai berbohong kalau besar mau jadi apa." demikian keluh ibu muda ini. dia pun berusaha meredam kebiasaan buruk anaknya itu. Tidak tanggung-tanggung, dia menggunakan kata `dosa` dan `neraka` untuk menakut-nakuti anaknya agar tidak melakukan kebohongan lagi. barangkali, banyak orangtua yang secemas Elia saat mengetahui anaknya berbohong. prinsipnya, anak berbohong itu salah dan merupakan `bibit penyakit` yang harus segera dienyahkan. tetapi tepatkah apa yang dilakukan para orangtua tersebut? menurut pakar psikologi perkembangan fakultas psikologi UGM, Yogyakarta, Dr Supra Wirbarti MSc, banyak orangtua yang tidak paham tentang kebiasaan berbohong anak. sehingga para orang tua ini salah dalam mengartikan sekaligus merespon sikap anak ini. menurut Wirbarti, pada perkembangan anak, memang ada fase saat anak mulai bisa berbohong. fase ini biasanya muncul saat dia berusia menginjak empat tahun. kebiasaan berbohong ini, menurutnya berkaitan dengan perkembangan dari kemampuan pikir anak. jika pada usia 0-2 tahun perkembangan anak lebih terfokus pada kemampuan fisik, seperti tengkurap, serta berjalan, maka mulai usia empat tahun, perkembangan kemampuan pikir anak akan lebih menonjol. "pada usia ini anak sudah mempunyai kemampuan berpikir terbalik termasuk pada hal-hal yang abstrak." sebagai contoh, pada usia ini anak sudah tahu jika ada kata tidak mengambil, maka berarti juga ada kata mencuri. ada berkata benar dan ada berbohong, ada malas ada rajin, dan seterusnya. dari kemampuan inilah kemudiananak juga mulai berbohong. jadi, sebenarnya kebohongan yang dilakukan anak pada usia ini bukan merupakan penyakit. tetapi sebagai hal yang wajar dari perkembangan anak. bahkan, sebenarnya ini menunjukkan kemampuan pikir dari si anak tersebut. "bahkan jika anak mulai berbohong pada usia ini, orang tua harus bangga, karena anaknya ternyata mempunyai kemampuan kognitif yang cukup bagus." lalu, bagaimana soal salah dan benar? bagi orang tua memang menjadi masalah. Tetapi apakah itu juga diberlakukan bagi anak pada dasarnya belum tahu konsep salah dan benar secara lengkap. pada usia ini, menurut Wirbarti, anak tentu belum mengetahui berbagai aturan, termasuk dalam bersikap, khususnya berbohong. apalagi jika kemudian aturan yang digunakan para orang tua adalah peraturan agama. meski bukan penyakit, lanjut Wirbarti, kebiasaan berbohong memang akan menjadi masalah. terutama jika tidak ada pengetahuan dari orang tua dalam merespon sikap anak tersebut. menurutnya, orang tua harus bersikap arif dalam menghadapi anak pada fase ini. salah dalam merespon, bukan kebaikan yang akan didapat, tetapi malah perkembangan kognitif anak akan terganggu. orang tua, kata Wirbarti, tidak boleh langsung menghukum terhadap anak yang berbohong. terlebih lagi dengan mengancam bahwa anak yang berbohong akan dimasukkan tuhan ke neraka. "ini bisa menghilangkan kesempatan anak untuk mengembangkan kemampuan kognitifnya secara maksimal. ia jadi takut berfikir, karena ancamannya sangat mengerikan," efek yang sama juga akan muncul, jika dalam merespon sikap anak ini dengan hukuman fisik, seperti menjewer dan memukul. sementara memisahkan anak dari lingkungannya juga tidak akan menyelesaikan masalah. sanksi tetap harus ada, tapi orang tua tidak bisa sembarangan dalam memberikan sanksi tersebut. "yang penting anak tahu kalau berbohong itu tidak disukai dan bisa membawa akibat buruk baginya." hukuman yang paling tepat, menurut Wirbarti, ialah berupa hal-hal yang mendidik dan setara dengan apa yang dilakukan. seperti misal, jika anak berbohong karena telah mengambil roti jatah adiknya, maka hukumannya besok dia tidak akan mendapatkan roti. "hukuman tersebut akan cukup menyadarkan anak bahwa berbohong itu salah dan akan berakibat pada dirinya sendiri." kebiasaan berbohong pada anak ini sebenarnya akan menghilang dengan sendirinya, begitu anakmemasuki usia tujuh tahun.
This post has received a 0.63 % upvote from @drotto thanks to: @faizultfq.