Sejarah Aceh, Review Acehnologi (II :14)

in #acehnologi6 years ago

Assalamualaikum wr, wb. Apa kabar teman-teman steemian semua? Semoga kita selalu dalam lindungan Allah swt, saya akan mereview buku Acehnologi yang ditulis oleh bapak Kamaruzzaman Bustamam Ahmad yang biasa disebut bapak KBA, beliau adalah dosen saya di UIN Ar-Raniry tepatnya di fakultas Syari’ah dan Hukum. Kali ini saya akan mereview buku volume 2, kita akan mulai mereview buku ini dari bagian keempat bab pertama yaitu bab 14 yang membahas tentang Sejarah Aceh.

Dalam bab ini penulis mengatakan bahwa dilema menulis sejarah Aceh di hadapan sejarah nasional adalah ketika Aceh diposisikan sebagai “lokal” bukan “pusat”, sebagaimana dampak dari penulisan sejarah Jawa di Indonesia. Adapun dampak lain adalah boleh jadi sejarah Aceh sebelum abad ke-20 cenderung dipandang sebagai “Sejarah Pinggiran” walaupun pada masa-masa sebelum itu, sejarah Aceh adalah “Sejarah Pusat”. Akibatnya tidak sedikit peristiwa sejarah di Aceh sebelum abad ke-20 adalah bagian besar dari sejarah kebudayaan islam dan sejarah melayu. Karena itu, di Malaysia sejarah Aceh dipandang sebagai “Sejarah Pusat” bukan “Sejarah Lokal”. 

Ketika Sejarah Aceh ditulis bagian dari Sejarah Kebudayaan Islam, maka Aceh dapat dikatakan sebagai Sejarah Kerajaan Aceh yang sama posisinya dengan Sejarah Nasional. Salah satu persoalan yang mendasar disini adalah kita akan mempelajari sejarah Aceh sebelum konsep negara-negara diterapkan pada negara-negara muslim. Pembabakan sejarah negara-bangsa, memang banyak dikaji paska abad ke-19 M. Padahal sejarah Aceh sebelum abad tersebut adalah sejarah bangsa yang memiliki sistem tata kelola pemerintahan tersendiri. Karena itu, rakyat Aceh tidak jarang menjadikan sejarah bangsa mereka sebagai bukti bahwa tidak ada hubungan dengan sejarah Indonesia. Ada pendapat yang mengatakan : “apa yang bisa disebut sejarah bangsa Indonesia sebetulnya merupakan cerita sejarah daerah/ suku bangsa yang sudah dikenal maupun yang masih harus diselidiki: sejarah, kisah, riwayat, dan sebagainya”. 

Beberapa hal yang digarisbawahi penulis dalam bab ini. Pertama, Untuk membangkitkan konstruksi bangunan acehnologi, salah satu kunci utamanya adalah mempelajari sejarah Aceh. Dalam bab ini tampak bahwa dominasi studi Aceh melalui pintu sejarah, telah banyak dilakukan dalam telaah Historiografi Aceh. Kedua, untuk menghadapi himpitan dan abaian sejarah Aceh dalam sejarah Indonesia dan sejarah Malaysia, maka perlu dilakukan upaya untuk menulis sejarah Aceh sebagai Pusat Peradaban, bukan sebagai pelengkap sejarah untuk penulisan Historiografi Indonesia dan Historiografi Malaysia. Dalam studi ini tampak bahwa Aceh memiliki khazanah literatur data dan fakta sejarah yang masih belum banyak ditulis, apalagi diketahui oleh masyarakat umum. Ketiga, upaya besar di dalam membangun rupa bangunan Acehnologi adalah melalui pintu gerbang Sejarah Peradaban Aceh melalui pemahaman sejarah Aceh, budaya Aceh dan bahasa Aceh. Untuk itu, Acehnologi perlu diajarkan kepada generasi Aceh, supaya mereka dapat mengetahui bagaimana narasi sejarah peradaban Aceh, sebagai upaya untuk memperkokoh jati diri dan identitas Aceh yang mulai rapuh. Penulisan sejarah peradaban Aceh untuk dikonsumsikan kepada rakyat, mulai dari TK hingga PT, merupakan hal yang mutlak yang perlu dilakukan dalam waktu sesegera mungkin. 

Jadi, untuk memahami sejarah aceh yang memiliki berbagai dinamika, maka perlu ditelaah cakrawala berpikir orang Aceh dalam perspektif Kosmologi Aceh. Hal ini disebabkan bahwa kemunculan kejayaan suatu bangsa, banyak diilhami dari sistem kosmologi yang berada dalam negeri tersebut. 

Cukup sekian review dari saya mengenai bab ini, masih banyak bab selanjutnya yang akan saya review, semoga teman-teman steemian semua tidak bosan membacanya, wassalamualaikum wr, wb.    

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.15
JST 0.028
BTC 58702.17
ETH 2301.76
USDT 1.00
SBD 2.46