Seri Acehnologi Vol. II (Antropologi Aceh)

Bismillaahirrahmanirraahiim..
Di dalam bab ini penulis mengatakan bahwa sarjana lokal tidak memiliki kualitas akademik di bandingkan dengan sarjana internasional, adapun pemikiran sarjana lokal ditulari (terjangkiti) ketika saat berinteraksi dengan sarjana internasional, dimana sarjana lokal ini sering dijadikan bahan tertawaan. Penulis juga menjelaskan bagaimana bisa jadi sarjana lokal tersebut bahan tertawaan oleh sarjana internasional di karenakan ketidakmampuan sarjana lokal didalam menghasilkan karya-karya yang dirujuk oleh para sarjana internasional itu sendiri.
Kemudian beliau menjelaskan lagi jika ada sarjana lokal yang memiliki hubungan baik dengan sarjana internasional akan memerlukan pandangan serupa yaitu memelukan penjelasan. Jika ada sarjana internasional yang ingin datang ke Aceh maka mereka akan menghubugi pihak sarjana lokal untuk sebagai supir, riset, asisten maupun sebagai penerjemah. Setelah terjadi komunikasi degan sarjana internasional para pihak sarjana nasional tidak bisa menolak lagi karena sudah dihubugi jauh-jauh hari.
Adapun tempat untuk beinteraksi secara personal bisa saja di tempat terbuka maupun di tempat yang tertutup, contohnya seperti warung kopi, hotel, dll. Kemuidan penulis menjelaskan lagi ketika sudah mulai berinteraksi para sarjana internasional diam dan para sarjana lokal yang menjelaskannya yang telah di tanya oleh para pihak sarjana internasional itu, ada hal yang lucu ketika berinteraksi biasanya sarjana lokal mengeluarkan suara ”Iiyeesss”, “euuuhhh..euuuhh”.
Setelah melakukan interaksi secara personal para pihak sarjana internasional akan melakukan pertemuan dengan beberapa petinggi daerah Aceh yang berpengaruh sangat di Aceh, begitulah cara para sarjana internasional melakukan riset di Aceh. Ada kejanggalan di saat berinteraksi dengan meraka, bahawa ada kawan penulis tidak nyaman di saat jumpa salah satu calon PhD dari luar negeri. Kata kawan beliau sorot mata sipeneliti itu ada menyimpan sesuatu yang tidak bisa di percaya begitu saja. Dia juga menambahkan ada juga sarjana yang menunjukkan adanya kejujuran yang timbul dari bahasa tubuh mereka.
Singkat cerita, ini yang saya sangat sayangkan ketika ada tamu dari luar yang ingin mewawancari petinggi-petinggi Aceh harus di berhentikan karena ada hal lain. Dalam hal ini petinggi Aceh langsung keluar tanpa basa basi dan kemudian mereka berhenti, tetapi mereka langsung keluar dengan wajah yang amat tidak bersahabat.
Wassalam..