Mano Pucok; Mandi Burung Cempala

in #aceh7 years ago

1928D79A-C52D-4A66-8F72-CAC1938F2BBE.jpeg

Ada satu kebiasaan bagi calon pengantin di Aceh. Kebiasaan tersebut disebut oleh masyarakat Aceh dengan istilah ‘mano pucok’. Mano pucok ini jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia mandi pucuk.

Dikatakan mandi pucuk karena calon pengantin ini berdiri di atas pucuk pinang (tandan buah pinang) yang baru saja keluar. Selanjutnya, pengantin ini dimandikan dengan air yang sudah dicampur dengan beragam bunga yang aromanya begitu wangi.

Bahan-bahan

Untuk melaksanakan mandi pucuk ini memerlukan beberapa bahan, di antaranya (1) burung cempala, (2) rajutan dari daun kelapa, dan (3) bunga-bunga yang wangi.

Burung cempala ini yang digunakan merupakan burung yang terbuat dari sulaman daun kelapa muda. Jumlah burung ini pun harus kelipatan ganjil, misalnya 5 ataupun tujuh. Burung itu diikat pada rajutan kelapa dan kemudian ditarik pada saat memandikan sang pengantin.

Ada yang unik juga pada saat menarik burung dari ikatan rajutan tersebut. Sang pengantin wajib menghembuskan air secara kuat dan salah seorang yang memandikannya akan menariknya secara kuat untuk melepaskannya.

Jumlah orang yang memandikan sang pengantin pun harus ganjil. Pertama-pertama sang pengantin disiram terlebih dahulu dengan air kembang (air yang sudah berisi bunga). Pada saat memandikan biasanya dibacakan selawat dan pantun dalam peribahasa Aceh.

Mandi pucuk ini dilakukan pada siang ataupun sore hari. Waktu pelaksanaannya lazimnya satu hari sebelum menjelang akad nikah. Sebelum mandi pucuk terlebih dahulu sang pengantin dipeusijuk (ditepungtawari).

Makna dan Filosofi
Makna dan filosofi mandi pucuk akan dijelaskan pada tulisan selanjutnya.

Coin Marketplace

STEEM 0.21
TRX 0.20
JST 0.035
BTC 91006.03
ETH 3168.08
USDT 1.00
SBD 2.98