Studi Religi Aceh (II:20)
"Agama". Kita sering mengatakan bahwa kita adalah orang yang beragama islam. Menurut penulis, kata "agama" tidak cocok digunakan atau disandingkan dengan kata "islam". Hal ini disebabkan, istilah 'agama' merupakan suatu keyakinan di dalam keyakinan Hindu. Maka jika ada yang mengatakan bahwa dirinya beragama islam berarti orang tersebut memiliki dua keyakinan yaitu Hindu dan Islam. Secara tauhid, maka ini sesungguhnya tidak konsisten sebagai penganut keyakinan Islam. Syed Nurdin Al-Attas telah menguraikan bahwa makna 'dīn' untuk menjelaskan sistem keyakinan islam. (hal 639)
Mendiskusikan Aceh pada prinsipnya hampir sama dengan mengkaji islam. Sebab, antara Aceh dan islam tidak dapat pisahkan antara satu sama lain. Dasar pijakan kerajaan-kerajaan di Aceh dilandaskan pada sistem keyakinan pada islam. Dasar pengetahuan di Aceh juga dilandaskan pada kosmologi islam. Dasar bangunan kebudayaan, juga tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai yang terkandung di dalam islam. Akibatnya, islam telah membungkus Aceh di dalam satu kesatuan yang utuh. (hal 641)
Hampir di seluruh penjuru Aceh terdapat dayah, yaitu tempat pembelajaran islam. Tidak hanya didominasi oleh dayah, juga terdapat lembaga-lembaga studi islam seperti madrasah dan perguruan tinggi. Karena itu, tidak mengejutkan bahwa pusat kesadaran orang Aceh adalah ilmu pengetahuan, khususnya belajar islam. Islamologi di Aceh bercorakkan keterbukaan pada ilmu pengetahuan, keras terhadap sesuatu yang menyalahi akidah islam dan saling selip menyelip antara islam dan kebudayaan (hal 653). Jalur islamologi di dayah mampu memberikan kesan yang amat positif bagi rakyat Aceh. Dalam konteks ini, pelaksanaan trilogi pemahaman islam yaitu madzhab Syafi'i, teologi Asy'ari dan model moralitas Al-Ghazzali, menjadi titik tolak studi islam di Aceh. Inilah fondasi keyakinan keislaman rakyat Aceh dalam dirasah islamiyah (hal 654).
Gambar di atas adalah salah satu dayah di Banda Aceh, yaitu Dayah Madinatul Fata berlokasi di Jl. Mesjid Al-qurban desa Lampeuot yang dipimpin oleh Tgk. Atasykuri yang akrab disapa dengan Almukarram Abana. Dayah dengan nama yang berarti kota para pemuda ini mengajarkan para santri khususnya dalam bidang agama Islam, dimana masih memegang kuat dalam bermadzhab kepada Imam Asy-Syafii dan I'tiqad Imam Maturidi Dan Imam Asy'ari, yang mana beliau radiallahu'anhum peletak batu pertama dalam kalangan Ahlusunnah Wal jamaah. Dayah ini didirikan pada tahun 2001 dan diresmikan pada tahun 2002. Tahun 2003, dayah Madinatul fata mendapat akreditasi oleh Ban-Pt kota Banda Aceh. Pada tahun 2015, Dayah Madinatul fata berhasil meraih prestasi sebagai Juara 1 dayah terbersih Sekota Banda Aceh.
Tak hanya mengajarkan soal keislaman, para santri dayah Madinatul fata diajarkan kedisiplinan, yaitu dengan adanya areh yang bertugas untuk membangunkan santri yang masih terlelap saat sebelum adzan subuh berkumandang, para santri diwajibkan shalat berjamaah, juga ditetapkan jadwal piket untuk membersihkan area dayah. Para santri dayah Madinatul Fata pun diajarkan silat sebagai ilmu bela diri.
Congratulations @putrianjni! You have completed the following achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of posts published
Award for the number of upvotes received
Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Do not miss the last post from @steemitboard:
SteemitBoard World Cup Contest - Home stretch to the finals. Do not miss them!
Participate in the SteemitBoard World Cup Contest!
Collect World Cup badges and win free SBD
Support the Gold Sponsors of the contest: @good-karma and @lukestokes