"Tititipan": Haruskah Ada "titipan" Pada Setiap Proses Lowongan Kerja Pada Sebuah Institusi
Note: Jangan di baca, Jangan di Resteem, Tapi boleh di Upvote :D :D :D
Hi semua teman-teman stemians, hari ini saya hanya sekedar menumpahkan apa yang sedang terlintas di pikiran saya. Beberapa hari yang lalu saya berjumpa teman yang baru saja menyelesaikan study S2 nya di Australia. Saya menyimak dan mendengar ceritanya untuk mencari pekerjaan dan mendengar ia terkaget-kaget dengan ada nya "titipan" dalam proses penerimaan pegawai baru.
Sudah Lumrah Ada "Titipan"
Bagaimana kita bisa maju jika seorang yang memiliki ilmu A, namun bekerja di sebuah instansi yang mewajibkan kita memiliki ilmu Q? Tentu saja tidak sesuai bukan? Akan tetapi itulah apa yang terjadi di lapangan saat ini.
Saat adanya rumor di buka lowongan pekerjaan di sebuah instansi, maka sudah ada map "titipan" yang sudah antri. Katakanlah yang di terima 100 orang, titipan nya mungkin mencapai 200 orang. Lalu minggu saat di umumkan lowongan pekerjaan, ada lebih dari 1.000.000 orang yang melamar.
Selanjutnya teman-teman pasti sudah tau apa yang akan terjadi.
Tidak Jujur.
Kita memang masih belum bisa di katakan memiliki sifat yang jujur. Ada baiknya jika kita mampu di bidang A, maka alangkah mantab nya negeri ini jika kita memang benar-benar menumpahkan ilmu kita pada bidang yang memang kita tekuni itu, bukan justru mencari pekerjaan yang membutuhkan bidang keilmuan Q, W, E, R, T, atau Y. Kapan mau maju?
Menjadi Pondasi Bagi Generasi di Masa Depan.
Sudah kita ketahui bersama bahwa proses "titipan" itu pasti ada. Dari mana benih nya? Spekulasi saya benihnya di mulai dari pendidikan tingkat dasar. Sewaktu SD mungkin kita sering menyontek. Saat masuk SMP, kita sudah terbiasa menyontek. Saat masuk SMA, rasanya gak nyontek, gak sedap. Saat masuk kuliah, sering nyontek, di D.O. #eh saya ulang... Saat masuk kuliah, sering nyontek di semester 1 dan 2, lalu semester 3 dan seterusnya mulai gak bisa nyontek. Alhasil download dari google, ubah nama dan kumpul tugas. Ketahuan sama dosen, karena kita lupa ubah tanggal atau nama dosen pembimbing. Jika tamat, di tanya tentang keilmuannya, ia pun bingung apa yang telah ia pelajari.
So, mungkin ini spekulasi nya, yaitu nyontek.
Ahhh kan gak apa-apa nyalin punya kawan.
Kalau begitu pola pikirnya, maka.
Ahhh kan gak apa-apa di bantuin orang dalam untuk diterima di instansi tersebut? kan juga sama dengan membantu?
akan sama halnya. Maka akan sama seperti menolong orang korupsi. Betul tidak?
Ahhh kan gak apa-apa nyuri uang rakyat.
Dan begitulah terus meneru. Alhasil, kita sendiri tidak mengetahui yang mana yang benar. Oleh karena itu mari kita sama-sama berikrar pada diri kita sendiri untuk tidak menyontek lagi.
Dan ini sama hal yang seperti apa yang terjadi akhir-akhir ini di steemit. Banyak anak-anak aCeh yang baru bergabung di steemit (dan tidak mau belajar menulis) langsung copy paste dari mana aja sembarang tanpa mencantumkan sumber asli nya. InsyaALLAH akan coba saya tulis lebih banyak lagi tentang perihal aksi plagiat yang di lakukan beberapa anak aCeh yang sudah mulai di bicarakan secara internasyional.
Jadi begitu saja dulu postingan kali ini, semoga blockchain steemit betambah ramai #eh maksudnya semoga steemian yang baru tidak melakukan aksi titip-titip. Sekain dulu cang panah nya hari ini.
bereh rakan. cang gule-gule aju. neu peget kuah lemak.
mau titip sbd boleh kok...