Sosiologi Aceh
Kali ini saya akan mereview lagi buku acehnologi volume 2 bab 17 yaitu tentang sosiologi Aceh, didalam buku ini, khususnya tentang sosiologi Aceh, banyak sekali penjelasan yang menurut saya sangat jelas ditulis oleh dosen kami yaitu pak kamaruzzaman bustaman ahmad. Berbicara tentang sosiologi aceh, teori yang berkembang dalam sosiologi adalah pendekatan atau ‘model pemahaman’ yang sudah berkembang dalam ilmu ini.
Ada lima kekuatan besar yang memunculkan lahirnya ilmu ini, pertama, dampak revolusi perancis pada 1798 munculnya teoritikus untuk merumuskan pengaruh dari peristiwa tersebut. Mereka berupaya untuk menata kembali masyarakat peristiwa tersebut dengan teori-teori ilmu dasar. Dan dari kekuatan teoritikus yang paling terkenal adalah comte dan durkheim. Kedua, revolusi industri dan kemunculan kapitalisme. Proses borjuisasi masyarakat barat ini telah memaksa para teoritikus untuk menemukan teori dari perpindahan masyarkat petani pada masyarakat industri yang digerahkan oleh mesin dan uang yang berbuah pada kapitalisme.
Ketiga, kemunculan sosialisme. Walaupun ini melahirkan pemikiran komunis, teteapi yang aling sering dimunculkan adalah sosialisme muncul dari akibat revolusi industri. Keempat, proses urbanisasi yang terjadi akibat dari revolusi industri, dimana masyarkat ramai- ramai menyerbu kota untuk mendapatkan penghidupan lebih baik. Dimana para teoritikus membenahi dengan teori- teori mereka. Dan yang kelima, kekempat proses tersebut ternyata telah memiliki pengeruh pada regiusitas masyarakat abart. Karna, hampir semua teoritikus awal sosiologi memiliki perhatian yang mendalam pada kajian agama dalam kehidupan sosial.
Nah, dari kelima teori- teori yang diatas , tujuannya adalah mencari penghidupan yang lebih baik. Sehingga mereka menganggp bahwa kota adalah tempat terbaik. Kata sosiologi pertama kali ditemukan oleh Comte pada tahun 1822. Comte menggunakan istilah fisika sosial, yang merupakan pengaruh dari natural science yang berkembang saat comte hidup. Jadi kehadiran sosiologi pada akhirnya membenarkan pandangan awal para ahli positivistik, terutama comte. Pemikiran positivistik tentu saja mendapatkan kritikan dari berbagai sarjana. Di jerman nama yang paling dirujuk ebagai kelompok anti- positivisme adalah wilhelm dilthey, wilhelm wundt,franz brentano, edmun husserl. Max weber. Nama- nama ini yang merupakan sering muncul dari kajian fenomenologi dan hermenutika.
Singkat cerita, ada tiga hal yang perlu digali ketika sosilogi aceh ingin dimunculkan, pertama, menemukan kembali ruang imajinasi sosial yang bersifat ke- aceh-an. Nah, kajian ini perlu ditelah secara multi-disiplin. Kedua, menemukan kembali ruang yang aktif dan progresifdalam bidang ruang kesadaran sosial masyarakat Aceh. Dan yang terakhir, perlu juga d cari lagi bagaimana format ruang kebatinan masyarakat aceh, yang kemudian memberikan pengaruh pada dua ruang sebelumnya. Nah, ketiga ruang tersebut sangat berjasa dalam menemukan identitas keaceh-an didalam konteks kekinian. Dan bab berikutnya berusaha meggal ketiga ruang tersebut, melalui kacamata antropologi, kajian antropologi ini sangat mudah dipahami, apabila kita memahami konteks antropologi aceh.