Risalah Tauhid Al-Waliyyah
Assalamualaikum Warahmatullaahitaala Wabarakaatuh.
Saleum Aneuk Nanggroe
Semoga Dalam keadaan sehat walafiat, senantiasa dalam Lindungan Allah swt.
Apa jadinya jika seseorang datang lalu bertanya "Dimana kah Tuhan-Mu Allah swt"
Benar kah dia ada atau ilusi semata? Apa buktinya jika ia ada?
Seorang muslim wajib menjawab pertanyaan tersebut dengan keimanan nya, jika tidak maka ia telah berdosa.
Tidak setiap diri Muslim dapat menjawab pertanyaan ini. Jika ia diam dengan pertanyaan ini, maka belum tentu ia telah beriman kepada Allah.
Jika ia marah maka ia akan mudah disebut Islam keras, Namun jika ia menjawabnya dengan jawaban yang salah, maka ia telah berdosa kepada-Nya. Karena beriman beriman kepada diri-nya tapi tidak memiliki ilmu untuk mengenal nya.
Untuk itu disinilah diberikan anugerah akal kepada kita yang salah satu fungsinya adalah "Berfikir, merenungi dan memahami akan seluruh ciptaan Allah swt. Demi mendapatkan hakikat diri untuk mengenal wujud keberadaan Allah swt.
Lalu bagaimanakah metode yang harus dilakukan?
Dengan cara apa dan bagaimana caranya?
Untuk menjawab kedua pertanyaan ini saya rasa semua kita sudah maklum bahwa menuntut ilmu hukumnya wajib.
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Perlu kita sepakati terlebih dahulu, Ilmu yang seperti apa yang diwajibkan? Apakah semua cabang ilmu? Atau yang di khusus kan saja selebihnya tergantung perlu atau tidaknya bagi kita.
Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tegas menyatakan bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib atas setiap muslim, bukan bagi sebagian orang muslim saja. Lalu, “ilmu” apakah yang dimaksud dalam hadits ini?
Penting untuk diketahui bahwa ketika Allah Ta’ala atau Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan kata “ilmu” saja dalam Al Qur’an atau As-Sunnah, maka ilmu yang dimaksud adalah ilmu syar’i (lmu agama), termasuk kata “ilmu” yang terdapat dalam hadits di atas.
Sebelum kita melangkah ke situ, Dasarnya kita terlebih dahulu harus mengenal Allah pencipta Alam semesta ini. Logikanya sederhana.
Tak kenal makanya tak sayang, tak sayang makanya tak cinta.
Yang ka seureng geutanyoe deungoe-deungoe bahwa yang namanya Muslim wajeb mereunoe 3 ilme dasar.
Tauhid, fikih, tasawuf.
Ilmu Tauhid untuk membahas soal-soal i’tiqad, seperti i’tiqad tentang keTuhanan, keRasulan, hari akhirat dan lain-lain sebagainya .
Ilmu Fiqih bertugas membahas soal-soal ibadat lahir, seperti sholat, puasa, zakat, naik haji dan lain
Ilmu Tasawuf bertugas membahas soal-soal yang berhubungan dengon akhlak dan budi pekerti, meuhubong ngon hate.
Yaitu cara-cara ikhlas, khusyu, tawadhu, muraqabah, mujahadah, sabar, ridha, tawakal dan lain-lain.
Ringkasnya, tauhid ta’lok kepada i’tiqad, fiqih ta’lok kepada ibadat, dan tasawuf ta’klok kepada akhlak.
Kepada setiap orang Islam dianjurkan supaya beri’tiqad sebagaimana yang diatur dalam ilmu tauhid (usuluddin), supaya beribadat sebagaimana yang diatur dalam ilmu fiqih dan supaya berakhlak sesuai dengan ilmu tasawuf.
Nah ketiga inilah dasar yang harus diperhatikan sekaligus menjadi wajib untuk dipelajari kemudian diamalkan.
Berkenaan dengan Ilmu tauhid, saya memiliki sebuah buku yang disusun Oleh Teungku Habibie Muhibuddin Wali S. Th berjudul "RISALAH TAUHID AL-WALIYYAH"
Beliau anak seorang putra dan cucu dari Ulama Kharismatik Aceh. Ayahnya adalah guru kita bersama Prof. Dr. Tgk. H. Muhibuddin Waly anak dari seorang guru besar Aceh dan Indonesia, yaitu Syeikhul Kiram Abuya Muhammad Waly Al-khalidy.
Sudah barang pasti kedua ulama ini ibarat sebatang pohon dan pengarang buku tidak ubahnya seperti buah, maka kata pepatah "buah itu jatuh tidak jauh dari pohon nya"
Saya sangat senang bisa membaca buku ini, apalagi penjelasan nya sangat mudah untuk dipahami.
Ada banyak jalan dan metode yang ada, namun dalam buku ini diuraikan beberapa pembahagian penting saja, sesuai yang telah dirumuskan oleh para Ulama-Ulama Tauhid Ahlussunnah Waljama'ah. Untuk itu siapapun yang belajar ilmu Tauhid maka secara tidak langsung ia telah mencari Allah dan belajar untuk mengesankan nya, baik di dalam hati ataupun anggota tubuhnya.
Maka disinilah fungsinya nanti metode pengenalan akidah sifat dua puluh, hukum akal mustahil, akal wajib, sifat Istighna, Sifat Istiqar dan beberapa metode lainnya yang insyaallah sangat besar manfaatnya untuk kita semua.
Jika ada kesempatan, cobalah sesekali melirik buku yang beginian. Karna bagaimana mau hidup jika yang menghidupkan tidak kita kenali.
Bek jioh ngon Teungku,Jak beut beu Jeumot-Jeumot...
Wallahu'alam
Hi, I just followed you :-) Follow back and we can help each other succeed! @hatu
Oke Thank you sir