14 Tahun Sudah Berlalu

Masih jelas dalam ingatan tragedi 14 tahun silam, sulit melupakan bagi siapa saja yang pernah merasakannya. Hari minggu 26 Desember 2004 pagi sekitar jam 7.30 bumi berguncang dengan dahsyatnya. Gempa yang berpusat di Aceh tersebut menurut BMKG berkekuatan 9,2 SR. Gempa sebesar itu dalam kurun 30 tahun terakhir tidak pernah terjadi. Bumi yang dijuluki Serambi Mekkah ini beguncang hebat berayun-ayun. Masyarakat berhamburan keluar rumah yang sebelunya sedang sibuk mempersiapkan sarapan. Hiruk pikuk masyarakat dengan wajah pucat ketakutan sentiasa terpancar setiap orang yang dijumpai.

Kisah tsunami Aceh telah meluluhlantakkan Banda Aceh dan menimbulkan ratusan ribu korban jiwa. Kisah tsunami Aceh akan tetap Dikenang. Saat terjadi gempa Saya sedang tidur di rumah, tiba-tiba saya terhentak dan terjaga karena ada teriakan-teriakan orang ribut di luar. Saya mendengar suara seruan bangun-bangun ada gempa. Saya sangat terkejut saya langsung beranjak dari tempat tidur berlari keluar. Waktu itu saya duduk bersimpuh di halaman rumah sambil mengucapkan Lailahaillallah Subhanallah Astaghfirullah.

Saya melihat dengan jelas rumah bergoyang dan berguncang kuat ke arah timur dan barat sesekali terpental ke atas, di sekitar rumah saya melihat orang-orang tiarap bersimpuh di lorong-lorong dan halaman rumah sambil bertakbir dan Bertasbih. Terlihat ekspresi ketakutan di wajah mereka, gempa dahsyat itu berlangsung sekitar lebih kurang 7 menit, 20 menit kemudian datang seorang laki-laki teman saya yang hanya mengenakan celana pendek dan baju kaos.

Saya bertanya kepada teman saya itu yang ketika itu sedang berlari ke arah timur yang mendekat kesaya. Ada apa? dia menjawab air laut naik. Saya belum percaya ketika itu, karena sampai sebesar ini seumur hidup saya belum pernah mendengar dan melihat atau mengetahui bahwa air laut naik meluap ke daratan setelah terjadi gempa Dahsyat ketika itu. Saya buru-buru masuk ke dalam mengambil segelas air putih dan sedikit makanan sambil membereskan barang-barang yang berserakan kemudian terasa lagi di luar getaran gempa susulan.

Sayup-sayup saya mendengar orang berteriak kembali air laut naik....air laut naik....lariiiii lariiii. Ketika mendengar teriakan tersebut saya keluar dari rumah sambil tidak henti-hentinya mengucapkan La Ilaha Illallah. Begitu sampai di depan pintu Saya tidak langsung berlari tapi sempat melihat ke arah utara, barat dan selatan. Masya Allah gelombang besar berwarna hitam pekat sedang bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi ke arah kami, maka saya tidak lagi menunggu lama untuk berlari sekencang-kencangnya.

Setelah berlari kurang lebih 20 meter saya sudah merasa pasrah dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala karena kecepatan lari saya sudah tentu kalah dengan kecepatan air. Gelombang yang tingginya kira-kira sekitar 30 meter itu sudah mengepung saya dari 3 penjuru siap-siap menghantam, dalam hati saya terus mengucapkan lailahaillallah. Kurang dalam hitungan menit, saya sudah berada dalam gulungan air yang bercampur dengan berbagai macam sampah. Saya terhempas kira-kira 10 meter lebih.

Ketika dalam gulungan ombak besar tersebut Saya hanya pasrah dan menyerahkan diri kepada Allah, kira-kira 10 menit dalam gulungan air, saya tersangkut di bawah badan mobil yang saat itu sedang terbawa arus besar. Kemudian bersamaan dengan mobil tersebut saya digulung dan terangkat ke atas permukaan, dalam situasi yang sekarat saya terus mengucapkan Laa Ilaha Illallah.

Ketika Posisi saya sudah berada diatas permukaan air tanpa Saya Sadari Saya sudah tertelungkup di atas piring Bad. Spring bed tersebut terus terbawa arus, tiba-tiba datang gelombang besar saya tidak sanggup lagi berpegangan pada springbed sehingga tubuh saya Terhempas dan saya tidak ingat apa-apa. Ketika saya membukakan mata saya sudah berada di sebuah rumah sakit. Begitulah kisah saya 14 tahun silam semoga kisah ini dapat menjadi penyemangat hidup dan dapat menambah ketakwaan pada diri saya Dan rekan-rekan pembaca lainnya.