Pemberdayaan Perempuan Dari Sudut Pandang Saya
Halo teman-teman Steem Sea.
Malam ini saya akan melanjutkan pembahasan saya dari postingan saya sebelumnya tentang pemberdayaan perempuan. Sebenarnya wanita itu sudah diangkat kedudukannya, karena pernah seorang berkata kepada nabi kita, bahwa siapa sih yang kita hormati. Ibu, dan itu 3 kali, ibu, ibu, dan ibu. Dan setelah itu adalah ayah. Itu dia sebenarnya, perempuan itu sudah memiliki kedudukan yang tinggi sebenarnya. Dan selanjutnya selain dari sisi edukasi dan keibuan. Perempuan mungkin bisa membantu finansial, finansial dan keluarganya. Itu tadi bahwa pendidikan yang tinggi, namun tetap diseimbangkan dengan kewajiban kita sebagai perempuan, sebagai ibu, sebagai istri, dan sebagai orang yang artinya sama dengan laki-laki untuk memajukan agamanya itu sendiri, memajukan negaranya sendiri, dan memajukan bangsanya itu sendiri.
Saya pernah mengikuti suatu ajang UNI dari Sumatera Barat, namun saya tidak berhasil menjadi juara UNI. Lalu saya berpikir, jika itu suatu tujuan seseorang mengikuti lomba, namun saya tidak. Tujuan saya mengukut lomba itu bukan menjadi pemenang, tapi saya mau mendapatkan berbagai pengalaman, berbagai teman dari pendidikan yang berbeda-beda. Dari sana saya banyak belajar bahwa mungkin dari pendidikan saya memberikan ini untuk teman saya. Mungkin dari pendidikan itu teman saya bisa memberikan untuk saya.
Pemberdayaan perempuan itu adalah, apa yang kita punya, apa yang kita profesional disitu. Itulah yang kita kembangkan, itulah yang akan kita berikan kepada orang banyak. Menurut saya seperti itu.
Terus apa sih bedanya perempuan muslim dengan perempuan lainnya. Jadi bedanya perempuan muslim dengan perempuan lainnya, yaitu tadi minset, pemikiran, seperti mungkin perempuan-perempuan kalau misalnya ini, saya berada di Jalarta. Yang terpikirkan kayak mil-mil gitu, karena semua diikuti, kayak makanannya, gaya hidupnya. Namun setelah dipikir-pikir, oh berarti kalau misalnya saya bersyukur sekali dilahirkan di Nanggroe Aceh Darussalam ini.
Dengan latar belakang Aceh, bahwa perempuan itu harus pandai memilah-milah, harus nanti menjadi ibu di rumahnya sendiri. Sedangkan kalau misalnya saya diluar, dengan pemikiran-pemikiran teman saya, itu mereka ingin menjadi seseorang yang superior. Namun tidak ada salahnya, mungkin itu berbeda-beda pendapat. Itu yang saya pikirkan.
Untuk menjadi perempuan itu harus menyeimbangkan antara yang tadi. Emang kewajiban kita sebagai umat muslim, karena sebenarnya manusia, perempuan ataupun laki-laki itu dilahirkan dengan kewajiban yang sama, sama-sama meninggikan agamanya. Jadi dengan itu saja kita sudah tau bahwa perbedaan perempuan biasa dan perempuan muslim itu adalah terletak di agamanya itu sendiri.