Rutinitas yang Selalu Dirindukan
Apakabar rekan steemians semuanya
- Foto edit via Canva
Pagi masih dalam periode kerja-kerja domestik. Sampai siang hari. Kamis ini seperti biasa di postingan-postingan sebelumnya. Hari jadwal kunjungan ke Pesantren Babun Najah di Ulee Kareng. Ada si sulung sedang diasramakan di sana.
Setidaknya, Kamis itu benar-benar hari investasi pendidikan. Nyatanya, sejak pukul 14.33 Wib saya sudah bergerak membawa Ghazi dan Gulfam. Saya akronimkan menjadi Duo Ge. Tapi bukan G-Force. Kartun anak-anak yang cukup tenar periode 90-an.
Duo Ge ikut les. Les matematika dan Calistung di Edu Privat, Beurawe, Banda Aceh. Berjarak sekitaran 6-7 kilometer dari tempat tinggal kami di Gla Meunasah Baro, Aceh Besar. Perjalanan ke sana lebih kurang butuh waktu 15 menitan lebih. Itu lewat jalan elak pinggir kali. Dengan mode setengah kencang.
Empat menit sebelum jadwal les, kami sudah tiba di teras Edu Privat. Satu jam saja lesnya. Untuk menghabiskan waktu satu jam, saya melimpir ke Sentra Kopi. Ini warung kopi kekinian. Dengan desain lebih besar dan terbuka. Warung kopi model begini sudah cukup banyak di Banda Aceh.
Di Sentra ini, saya sudah ditunggu seorang pemuda. Fauzi Maulana namanya. Saya juga baru kenal. Dia diutus ayahnya untuk menemui saya. Sang ayah sedang ada urusan di Jakarta. Awalnya, saya janjikan ke ayahnya sekitaran jam dua siang.
Belakangan, karena ada les jam tiga, maka saya meminta dia untuk berjumpa jam tiga saja di Sentra Kopi. Jarak warung ini dengan lokasi lab juga tidak begitu jauh. Pertemuan ini bukan untuk poh cakra apalagi pehtem. Ini semi serius. Kami serius membahas hal-hal yang perlu dikupas untuk beberapa program yang akan dijalankan.
Tak terasa satu jam berlalu. Itu pertanda kami harus berpisah. Ini bukan perpisahan seperti orang kasmaran. Dia harus kembali mengurus karyawannya dan saya harus menjemput dua permata pulang les. Selesai tugas? Belum. Masih panjang urusan kawan.
Dari tempat les, kami segera menuju ke Babun Najah. Jalan paling cepat adalah lewat Gampong Doy. Masuknya dari jalan depan Hotel Hermes. Sebelum ke sana, di pintu gerbang gampong, kami membeli Nasi Kapau, teh lecce, hingga roti martabak. Selesai di sini, tancap gas lagi.
Karena belum shalat Ashar, maka kami mampir di Masjid Doy. Di sana, kami menunaikan ibadah. Perasaan nyaman sudah, seperti mata melihat bulan purnama di malam yang gelap gulita. Melihat ada mainan plosotan di sekitara masjid, Dou Ge tergoda untuk sekali luncur. Akhirnya, mereka mencoba beberapa kali. "Wah, enak ini. Besok-besok ke sini lagi ya," Gulfam yang bicara.
Sejurus kemudian, kami sudah tiba di lokasi utama. Kompleks ini sudah mulai ramai dengan wali santri yang berkunjung. Kami segera mencari lokasi biasa duduk bertamu. Setelah dapat tempat, di situlah, semua cemilan tadi dinikmati putri sulung.
Rerata keluarga yang berkunjung, semua menu andalannya adalah nasi. Bukan karena satri tidak mendapat makanan di asrama. Masalahnya adalah, mereka kurang sreg aja dengan menu yang terkadang amat monoton. Itu-itu saja. Sayur santan, ikan goreng, ayam goreng, tahu tempe dan lainnya.
Makanya, saat kunjungan keluar, rata-rata santri "buka puasa" dengan menu-menu kesukaan mereka. Tentu sudah dipesan lebih dulu, sebelum berkunjung. Begitulah hari-hari yang dilakoni banyak keluarga santri. Semuanya dilakukan dengan riang gembira.
Saya dan Gulfam pamit duluan. Ghazi pulang dengan ibunya. Kenapa begitu? Selama duduk di sini, kedua seperti ikan ketemu air. Langsung loncat sana sini, tak bisa diam. Sehingga mengganggu orang lain yang sedang beranjangsana dengan putrinya.
Tiba di rumah saya langsung istirahat. Sembari menbuka bab-bak novel online yang tak kunjung tuntas. Padahal update setiap hari.
Meski begitu, tetap bersemangat melahapnya, seperti semangat kami menulis di Steemit. Tatkala malam turun, saya akhiri semua rutinitas yang selalu dirindukan ini.
Bagaimana dengan anda?
Thank you for your support
Oww, saya tahu jalan pintas dari Doy ke pesantren. Melewati lorong-lorong sampai ke Jl. Kebun Raja, bukan? Dulu, saya ngekos di Lamreung, jadi sempat menjajaki jalan-jalan tikus di sekitaran Ulee Kareng.
Yes, benar sangat, satu soalan jln tikus sudah tuntas, hehe