Mereka Yang Sukses Di Bisnis Online Di usia Muda
![image]()
[Source](https://sepositif.com/2017/01/kisah-sukses-dari-pendiri-tokopedia-william-tanuwijaya/)
Ia pernah di nobatkan oleh World Economic Forum (WEF), yaitu organisasi internasional yang bermarkas di Swiss, sebagai Young Global Leader. Sebelumnya predikat ini di berikan untuk Thomas Lembong, yang yang pernah menjadi menteri perdagangan. Lima tahun jatuh bangun Tokopedia, pada tahun 2009 rintisan William ini berhasil menggaet investasi dari pemodal asal Amerika Serikat dan Jepang, senilai 1,2 trilyun rupiah. Pengusaha muda lainnya Achmad Zaky, di usia yang sangat muda, yaitu 24 tahun, ia merintis situs belanja online Bukalapak.
Source
Berawal di sebuah garasi, bsrsama Nugroho, modal Bukalapak berasal dari uang saku yang di sisihkan. Tahun 2016 Bukalapak transaksi lewat lapak lainnya mencapai 2 trilyun rupiah. Usaha keras Zaky rupanya di ikuti istrinya Diajeng Lestari. Persis satu tahun Bukalapak berdiri, Diajeng yang saat itu berusia 25 tahun, mendirikan hijUp.com. situs jual beli online, khusus busana muslim.
Source
Dalam satu hari, lebih dari lima ratus orang mengakses situs hijab ini. Muda dan kaya raya, inilah mimpi banyak orang. Tapi tak ada kekayaan yang tanpa kerja keras, dan tanpa resiko, tiga orang ini bisa menjadi inspirasi.
Jadi, saya melihat bahwa Indonesia tidak boleh hanya jadi sekedar negara pasar. Di asia tenggara, Indonesia penduduknya paling banyak, bagaimana kita bisa jadi kekuatan di nilai ekonomi terbesar, minimal di asia tenggara pada tahun 2020. Pak presiden Jokowi sendiri mencanangkan di tahun 2020, Indonesia harus bisa, minimal mempunyai 130 USD, dalam transaksi yang terjadi secara online.
Jadi, memang dari sisi pemerintah sangat supportif, artinya pemerintah mendukung, tidak melihat teknologi sebagai ancaman. Tapi melihat teknologi sebagai peluang, bagaimana bisa membawa Indonesia di peta dunia.
Ini menarik, karena tidak semua orang siap ya, pak Jokowi sendiri sudah punya visi jauh ke depan berkaitan dengan teknologi. Informasi yang tak bisa di bendung lagi, ini yang membuat beberapa waktu lalu terlihat ada demo-demo, ada orang mempertentangkan antara yang bisnis konvensional, dengan bisnis yang berbasis pada e commerce.
Nah kalau ini tidak ketemu, maka benturan-benturan semacam itu, ini yang di sebut Sharing economy, atau ekonomi berbagi. Jadi, ekonomi berbagi ini, kalau kita lihat situs-situs paling sering di kunjungi di Indonesia, sebenarnya kita bisa melihat trennya sudah tidak bisa di hindari. Ya, jadi kalau kita lihat situs-situs yang paling sering di kunjungi di Indonesia Facebook misalnya.
Source
Sebenarnya facebook ini perusahaan media terbesar di dunia, tapi dia tidak memiliki konten sama sekali, beda dengan Steeemit, yang notabene penulis, photography, dan lain sebagainya. Kemudian Youtube, kalau saya menyebutnya televisi terbesar di dunia. Tapi dia tidak memproduksi tayangan apapun, dia bisa jadi perusahaan televisi terbesar di dunia.
Dan Tokopedia adalah salah satu situs lokal di Indonesia sudah berhasil masuk dalam sepuluh besar, paling sering di kunjungi, padahal dia tidak memiliki toko, tidak memiliki produk sama sekali. Inilah yang di sebut sebagai fenomena ekonomi berbagi, teknologi mengubah dunia, bagaimana teknologi melibatkan partisipasi banyak orang.
Perusahaan taxi terbesar saat ini uber dia juga tidak memiliki taxi sama sekali.
Source
Perusahaan ritel terbesar di dunia Alibaba, tidak memiliki produk sama sekali. Di indonesia trennya kita tinggal memilih, apakah kita ambil sebagai peluang, atau mengambil ini sebagai ancaman. Kalau kita mengambil ini sebagai ancaman, tidak bisa di hindari juga, kita di telak, kita hanya jadi negara pasar. Namun kita lihat ini sebagai peluang, akan lahir produk-produk lokal Indonesia, yang nanti akan bersaing dengan teknologi dunia, dan akhirnya kita bisa menikmati itu.
Sampai di sini dulu informasi yang bisa saya bagikan untuk teman Steemian sekalian, semoga menginspirasi, Salam Steemian Indonesia.
~Keep Writing~
Salam Sahabat Inspiratif